Di
kawasan yang berdekatan dengan pertambangan, andesit, batu bara,
ataubahkan emas misalnya, mungkin sering merasakan getaran atau
mendengar suara dentuman di waktu siang atau sore hari. Getaran atau
dentuman itu berasal dari suatu ledakan yang telah dirancang untuk
menghancurkan suatu batuan atau lapisan penutup suatu endapan bahan
galian.
Dalam
industri pertambangan, peledakan telah dikenal luas dan sangat
diperlukan guna memberikan kemudahan bagi alat-alat berat untuk menggali
lapisan batuan. Memang ada juga pertambangan yang tidak memerlukan
peledakan untuk mengekploitasi sumber-sumber alamnya. Misalnya tambang
timah di pulau Bangka, tambang pasir di daerah Cianjur Sukabumi, atau
tambang nikel di Sulawesi. Namum pada umumnya, tambang-tambang di
Indonesia membutuhkan proses peledakan untuk menunjang produktivitasnya.
Anda
mungkin akan bertanya, apa gunanya proses peledakan di tambangtambang
dan apakah tidak berbahaya bagi manusia, atau lingkungan? Peledakan
merupakan salah satu proses dari sekian banyak proses penambangan yang
ada. Tahap-tahap dalam kegiatan pertambangan secara garis besar dimulai
dengan kegiatan ekplorasi, yakni kegiatan mencari hingga menganalisis
suatu sumber daya alam yang terdapat di dalam lapisan bumi. Kemudian
setelah diketahui keberadaan suatu sumber daya mineral dan dinyatakan
ekonomis mulailah kegiatan ekploitasi dimulai. Di dalam kegiatan
ekploitasi inilah kegiatan peledakan dibutuhkan untuk menghancurkan atau
membongkar lapisan batuan inti. Bila lapisan batuan inti tidak
dihancurkan terlebih dahulu maka alat-alat gali tidak mampu menggali
secara maksimal.
Peledakan
adalah kegiatan yang berbahaya karena menggunakan bahan-bahan peledak
dengan kekuatan cukup besar. Oleh karena itu tidak semua orang bias
melakukannya. Setiap orang yang bekerja di dalam suatu kegiatan
peledakan harus mendapat ijin dari Departemen Pertambangan dan Energi
dan minimal telah mempunyai sertifikat juru ledak kelas II.
Di
pasaran mungkin kita mengenal bahan peledak yang terbagi menjadi bahan
peledak militer dan bahan peledak industri. Atau menurut Anon (1977)
bahan peledak terbagi atas high explosive (berdaya ledak uat/besar), low
explosive (berdaya ledak lemah/rendah), dan blasting agent. TNT dan
Dinamit adalah contoh bahan peledak kuat, sedangkan ANFO digolongkan
sebagai blasting agent. Hampir semua industri pertambangan menggunakan
bahan peledak ANFO atau emulsion dan menggunakan booster sebagai bahan
peledak kuat untuk memicu ANFO atau emulsion meledak.
Untuk meniadakan resiko bahaya yang besar, kegiatan peledakan diawali dengan proses perencanaan, kemudian persiapan, pelaksanaan , dan evaluasi.
Pada
proses perencanaan, aspek-aspek teknis tidak saja diperhitungkan tetapi
juga dinilai apakah hasil peledakan akan berbahaya bagi manusia atau
lingkungan. Untuk tambang-tambang skala kecil rata-rata pemakaian bahan
peledak juga kecil, tetapi untuk tambang dengan skala besar bahan
peledak yang dibutuhkan rata-rata dapat mencapai 50-100 ton per hari.
Bisa dibayangkan kekuatan daya ledak bahan peledak dengan jumlah sebesar
itu walaupun hanya berupa bahan peledak lemah. Juga gelombang energi
yang dihasilkan kemungkinan dapat dirasakan oleh manusia dalam radius
lebih dari satu kilometer. Mungkin bahan peledak yang menghebohkan ibu
kota dalam tahun-tahun terakhir ini hanya satu per seratus ribu kilo
dari kebutuhan bahan peledak tambang-tambang skala besar. Bayangkan!
Peledakan
yang benar tentu saja berusaha meniadakan resiko terhadap manusia dan
lingkungan. Terhadap manusia misalnya, bagaimana agar peledakan tidak
menghasilkan batu-batu terbang (fly rock)
dan tak terkendali sehingga dapat mengenai manusia, alat, maupun
prasarana lain. Batu-batu terbang ini terjadi karena desain atau
pelaksanaannya tidak memenuhi beberapa criteria. Misalnya bahan peledak
yang digunakan berlebihan, atau bahan peledak tidak terkungkung dengan
cukup rapat.
Terhadap lingkungan, peledakan tidak menghasilkan getaran yang dapat
merubuhkan rumah atau bangunan lain. Getaran yang berlebihan dari hasil
peledakan dapat saja terjadi bila bahan peledak meledak bersama-sama
dengan jumlah besar sehingga menimbulkan getaran gelombang dengan skala
yang besar pula. Untuk menghindari hal ini, juru ledak (shotfire) akan
menghindari peledakan dengan jumlah besar dan dalam waktu yang sama.
Artinya ia akan meledakan satu demi satu atau menggunakan pengatur
waktu. Akibatnya rumah-rumah atau bangunan yang berdekatan dengan daerah
peledakan akan relatif aman dari pengaruh getaran hasil peledakan.
Peledakan
yang buruk juga akan mencemari udara karena adanya gas beracun yang
dihasilkan. Gas beracun ini dapat saja berupa CO atau NOx sehingga
berbahaya bagi mahluk hidup. Gas-gas beracun ini dapat dihilangkan
dengan melakukan pencampuran bahan-bahan peledak secara benar.
Kegiatan
peledakan di lingkungan pertambangan di mulai dengan kegiatan pemboran
lubang dengan diameter antara 3 - 12 inch dan kedalaman 5 - 25 meter.
Lubanglubang ini dinamakan lubang ledak. Diameter dan kedalamannya
umumnya bervariasi tergantung kebutuhan masing-masing tambang. Bahan
peledak yang dipakai juga bervariasi tergantung dari kedalaman dan
diameter lubang ledak. Untuk tambang-tambang skala besar misalnya,
diameter yang digunakan biasanya 9 - 12 inch dengan kedalaman lebih dari
15 meter. Sehingga bahan peledak yang diperlukan berkisar antara 300 -
750 kg tiap lubang.
Tiap-tiap
lubang ledak berisi detonator, booster, dan bahan peledak. Denotanor
berfungsi untuk meledakkan booster yang akan memicu bahan peledak
seperti ANFO meledak. Tanpa detonator dan booster, bahan peledak tidak
akan meledak. Mengapa demikian?
Sistem
peledakan mirip dengan sistem penyalaan api. Untuk menyalakan api, kita
mulai dengan sebuah korek api yang dihadapkan pada sebuah kertas yang
mudah terbakar. Kertas yang terbakar akan menyediakan cukup panas untuk
membakar kayu bakar dan pada gilirannya menyediakan energi yang lebih
untuk memulai proses pembakaran kayu. Seperti kayu, bahan peledak juga
memerlukan sejumlah besar energi untuk memulai peledakan. Dan untuk
keselamatan, energi harus ditingkatkan secara progresif. Titik awal
untuk peledakan dimulai dari detonator. Suatu detonator dengan
sendirinya dapat menyediakan energi yang cukup untuk memicu suatu
peledakan, oleh karena itu diperlukan suatu langkah penghubung - suatu
bahan peledak yang dapat diawali oleh detonator dan mempunyai cukup
energi untuk memulai peledakan yaitu sebuah booster. Booter inilah yang
meledakan bahan peledak atau kertas yang membakar kayu. Lubang ledak,
detonator, booster, dan bahan peledak tidak cukup untuk membongkar
batuan inti. Kesemuanya itu memerlukan sebuah ruang yang terkungkung
dengan cukup rapat agar energi dapat tersalurkan untuk memecah batuan.
(Sumber Majalah Pertambangan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar